TersediaGratis Ongkir Pengiriman Sampai di Hari yang Sama. Download app BukaBantuan. Kategori. Produk virtual. Daftar. Login. Home. nashoihul ibad makna. Hasil pencarian “Nashoihul Ibad Makna” 22 barang. Kitab Nashoihul Ibad Makna Gandul Jawa Pegon 1 SET 2 Buku. Rp50.000. 4.8 Terjual 46 Tuban. Duta Ilmu Store. Terjemah Makna Gandul
DownloadNashaihul Ibad Pdf Lengkap (Arab, Indo, Pegon) Download Nashaihul Ibad Pdf Lengkap (Arab, Indo, Pegon) – Kitab Nashoihul ibad syekh nawawi bahasa arab , terjemahan Indonesia dan Kategori Kitab Tinggalkan Galeri kitab kuning tentang disiplin ilmu dari 4 madzab full jilid Kategori Kitab Tinggalkan komentar. Download
Jumat 14 November 2014 PCINU Arab Saudi dan pengurus Masjid Indonesia Jeddah menyelenggarakan pengajian rutin tiap Jumat pagi di mulai pukul 10.30 sampai adzan Jumat. Tokoh NU yang di Jeddah Ustadz H. Arsyad Hidayat, Lc. MA. di minta sebagai pengasuh dalam mengaji kitab tersebut.
ContohTeks Khutbah Jumat Besok 15 Juli Pasca Idul Adha 2022 : Tiga Kunci Kesuksesan Nabi Ibrahim Imam Nawawi bin Umar al-Bantani al-Jawi dalam kitab Nashaihul Ibad, halaman 10 mengisahkan tentang Nabi Ibrahim ketika ditanya, apa alasan utama Allah SWT mengangkat Nabi Ibrahim menjadi khalilullah (kekasih Allah)? Dari perjalanannya yang
wahaituhankusesungguhnya aku senang untuk mempersembahkan kepadamu semua kebaikanku, sementara aku sangat faqir dan lemah oleh karena itu wahai tuhanku, bagaimana engkau tidak senang untuk memberi ampunan kepadaku atas segala kesalahanku sementara engkau maha kaya karena sesungguhnya keburukanku tidak akan
cara mengetahui whatsapp sedang berada dipanggilan lain. Illustrasi Kitab Nashoihul ibad. Foto UnsplashKitab Nashoihul Ibad Kumpulan Nasihat bagi Para Hamba ini menduduki posisi yang sangat penting dan populer di kalangan umat Islam. Di Indonesia, buku ini merupakan kitab rujukan bagi para pelajar dan santri di madrasah maupun kitab ini adalah ulama besar dari Banten, yaitu Syekh Imam Nawawi al-Bantani. Ia pernah menjadi Imam Masjidil Haram dan karya-karyanya menjadi referensi di Universitas al-Azhar, Kairo, jurnal yang berjudul Materi Pendidikan Akhlak dalam Kitab Nashoihul Ibad karya Ahmad Rizky Hidayat, tujuan Syekh Imam Nawawi menulis kitab ini adalah untuk memelihara ajaran Islam yang tertuang dalam kitab-kitab klasik sebelumnya. Maka dari itu, kebanyakan isi dari kitab ini berasaal dari kitab-kitab karya ulama Nashoihul IbadIllustrasi Kitab Nashoihul ibad. Foto UnsplashMasih menurut Materi Pendidikan Akhlak dalam Kitab Nashoihul Ibad, kitab Nashoihul Ibad berisi beberapa nasihat yang akan mencerahkan umat Islam sehingga bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kiamat. Nasihat-nasihat di dalam kitab ini dikelompokkan menjadi 10 bab yang berisi 214 45 nasihat di antaranya bersumber dari hadist dan sisanya adalah atsar atau ucapan para sahabat serta pengikut nabi SAW. Di setiap bab, Syekh Imam Nawawi selalu memberikan uraian terlebih dahulu mengenai jumlah nasihat yang beliau paparkan dan jumlah poin dalam setiap nasihatnya beserta jumlah hadist maupun pada bab pertama beliau menyebutkan, “Bab ini terdapat 30 nasehat yang masing-masing terdiri dari dua poin. Empat di antaranya berupa hadis nabi, sedang sisanya berupa atsar.”Sumber kitab hadist yang digunakan oleh pengarang adalah dari Kutub al Tis’ah maupun kitab-kitab di luar Kutub al Tis’ah. Penulisan kitab ini diselesaikan Syekh Nawawi pada Kamis, 21 Safar 1311 H 1893 M.Pendidikan Akhlak dalam Kitab Nashoihul IbadIllustrasi Kitab Nashoihul ibad. Foto UnsplashMengutip dari buku Terjemahan Nashaihul Ibad oleh An Nawawi, dalam kitab ini mengandung banyak nilai-nilai pendidikan akhlak yang bisa ditanamkan dan diterapkan pada kehidupan ini beberapa pendidikan akhlak yang dapat kita pelajari dari kitab Nashoihul IbadSyekh Imam Nawawi menjelaskan umat Muslim harus memandang orang lain kelebih baik daripada diri sendiri dan memandang diri sendiri lebih jelek dari orang lain dalam hal iman, ilmu, dan amal. Dalam kitab Nashoihul Ibad dituliskan sebagai berikutَع ْن َعلِ ٍّي َر ِض َياللهُ َعْنهُ ُك ْن ِعْنَداللهِ َخْي َرالنَّا ِس َو ُك ْن ِعْنَدالنَّْف ِس َش َرالنَّا ِس َو ُك ْن ِعْنَدالنَّا ِسَرُجالَِمَنالنَّا ِسArtinya “Sayidina Ali ra. Berkata, “Jadilah manusia yang paling baik disisi Allah dan jadilah manusia paling jelek dalam pandangan diri-mu, serta jadilah manusia biasa dihadapan orang lain.”Sabar yang dimaksud dalam kitab ini terdapat empat macam, yaitu sabar dalam menghadapi musibah, kesulitan, melaksanakan ketaatan, dan menjauhi maksiat. Dituliskan dalam kitab Nasoihul Ibad sebagai berikutَمْن َلااَ َدبلَهُلاَ ِعْلَملَهُ َو َمْنلاَ َصْبَرلَهُلاَ ِدْيَنلَهُ َوَمْنلاََوَر “Orang yang tidak memiliki sopan-santun berarti dia tidak berilmu. Orang yang tidak sabar, berarti dia tidak menghayati agamanya. Dan orang yang tidak memiliki sifat wara’, berarti tidak memiliki derajat .”Syekh Imam Nawawi menjelaskan dalam kitab Nashoihul Ibad bahwa orang yang adil itu orang yang baik. Apalagi jika adil sebagai seorang pemimpin di pemerintahan. Dalam kitab dikatakan yang artinya “Adil pada setiap orang adalah baik, tapi adil pada pemerintah pemimpin itu lebih baik.”
Teks Khutbah Jumat Singkat Bahasa Indonesia – Mawas Diriأَلْخُطْبَةُ الْأُوْلَىأَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى خَلَقَ النَّفْسَ فَأَلْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوَاهَا. وَكَتَبَ بِأَنَّهُ قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زّكَّاهَا وَخَابَ مَنْ دَسَّاهَا. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ رَبٌّ كَرِيْمٌ لَا يَنَالُ مَا لَدَيْهِ إِلَّا بِإِزَالَةِ الْغُيُوْبِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهَ وَرَسُوْلُهُ نَبِيٌّ أَرْسَلَهُ هَادِيًا لَا مَسَّهُ عَلَّامُ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِى كَشَفَ الْكُرُوْبَ. وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ سَارُوا بِسَيْرَتِهِ وَجَنَحُوْا بِغُفْرَانِ بَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللَّهِ, إِتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ بفِعْلِ المَأمُوْراتِ وَاجْتِنَابِ المُحَرَّمَاتِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَJamaah shalat Jum’at hafidhakumullah,Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah swt dengan sebenar-benar taqwa, melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjahui dishahihkan oleh para ulama’ bahwa ketika Allah swt menghendaki kebaikan seorang hamba maka Allah memperlihatkan aib-aibnya, lalu Allah menolongnya mempermudah menghilangkan aib-aibnya tersebut sedikit demi sedikit hingga menjadi manusia tidak mengetahui aib-aibnya sendiri hingga menganggap dirinya sudah baik. Baik bagi Allah dan juga baik bagi masyarakat. Akibat anggapan yang seperti ini ia akan melihat jelas aib orang lain dan menggunjing serta menyebarluaskannya. Sedang ia tidak melihat aib pada dirinya sendiri. Bagai ungkapan gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak. Dalam hal ini Rasulallah saw bersabdaيُبْصِرُ أَحَدُكُمُ الْقَذَى فِى عَيْنِ أَخِيْهِ وَيَنْسَى الْجِذْعَ فِى عَيْنِهِ. رواه أبو هريرة“Salah satu dari kalian mampu melihat kotoran kecil di pelupuk temannya, tapi lupa dengan batang kayu yang menutupi matanya sendiri.”Mengawasi dan memperhatikan aib atau kesalahan pada diri sendiri, tidak mengawasi aib orang lain, lalu berusaha maksimal memperbaikinya adalah pangkal atau sumber keberuntungan. Kanjeng Nabi Muhammad saw bersabdaطُوْبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبُهُ عَنْ عُيُوْبِ النَّاسِ. رواه البزار“Sungguh beruntung orang yang disibukkan oleh aibnya daripada sibuk dengan aib orang lain.” HR. Al-BazzarDalam rangka mawas diri, kiranya pantas kita mengingat kembali pesan Sayyidina Ali karramallahu wajhah, sebagaimana termaktub dalam kitab Nashaihul Ibad karya Ibnu Hajar al-Asqalaniكُنْ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرَ النَّاسِ وَكُنْ عِنْدَ النَّفْسِ شَرَّ النَّاسِ وَكُنْ عِنْدَ النَّاسِ رَجُلًا مِنَ النَّاسِ“Jadilah manusia paling baik di sisi Allah, dan jadilah manusia paling jelek dalam pandangan dirimu, serta jadilah manusia biasa di hadapan orang lain”.Pesan ini memberikan arahan yang sangat luar biasa bagi umat Islam dalam mengarungi kehidupan ini agar terus memperbaiki diri, menghargai dan tidak meremehkan orang lain, demi memperoleh kebahagiaan dunia dan akhiratHendaknya kita terus meningkatkan ketaqwaan dan amal kebaikan serta menjahui larangan. Sehingga kita bisa menjadi manusia yang baik di harus terus merasa kurang atas amal kebaikan yang kita lakukan serta merasa diri kita jelek. Hal ini bukan berarti merendahkan diri, namun untuk menjauhkan kita dari sikap ujub sombong, riya’ pamer, dan sum’ah mengharap pujian orang lain.Menundukkan diri di hadapan orang lain dengan tidak merasa lebih baik. Mungkin banyak di antara kita ketika melihat orang lain, merasa dirinya lebih baik atau lebih shalat Jum’at hafidhakumullah,Untuk mewujudkannya, Syaikh Abdu Qadir Al-Jilani memiliki tips sederhana yang dapat kita lakukan dalam keseharian kitaJika kita melihat orang lain hendaknya kita memandang bahwa dia memiliki kelebihan daripada diri kita. Mungkin dia lebih bertaqwa, lebih banyak amal baiknya, serta lebih tinggi derajatnya di sisi kita melihat anak kecil atau lebih muda, nasihati diri kita, “Mungkin dia dosanya lebih sedikit daripada diriku”. Sebaliknya jika kita melihat orang yang lebih tua, nasihati diri kita, “Dia telah berbuat kebaikan lebih banyak daripada diriku”. Sebab ia lebih dulu takwa dan taat kepada kita melihat orang alim, hendanya kita menilainya dia memiliki cara ibadah yang lebih baik dan benar, mengamalkan ilmunya, serta berbuat kebaikan dengan kita melihat orang bodoh, hendaknya kita katakan, “Mungkin dia berbuat dosa atau salah karena ketidaktahuannya dosanya lebih sedikit, sementara kita lebih berdosa karena berbuat salah sepengetahuan ilmu yang kita miliki dosanya lebih berat”.Jamaah shalat Jum’at hafidhakumullah,Mawas diri harus kita lakukan setiap saat agar kita selalu dapat mengingat kekurangan, kesalahn dan aib kita. Lalu berusaha memperbaiki diri. Jangan mengoreksi dan ngurusi kekurangan serta aib orang atau mawas diri adalah cara mengendalikan hidup kita, yang akan memiliki efek luar biasa pada diri kita. Keteledoran kita untuk mawas diri bukan hanya dapat mengakibatkan kerusakan pada kehidupan kita, tetapi juga kehidupan yang lebih luas yakni keluarga dan SAW bersabda اَلْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ رواه أحمد“Orang yang cerdas sukses adalah orang yang menghisab mengevaluasi dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah” HR. Ahmad. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang mampu terus mawas diri dan berbenah diri. Sehingga kita menjadi orang yang rendah hati, menghargai orang lain, tidak merasa lebih baik dari orang lain serta beruntung di dunia dan akhirat. سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُوْلُ. وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ, يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلَيْكُمْ اَنْفُسَكُمْ ۚ لَا يَضُرُّكُمْ مَّنْ ضَلَّ اِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۗ اِلَى اللّٰهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيْعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ. باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ الثَّانِيَّةُاَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الصَّمَدِ. اَلَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أحَدٌ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْكَرِيْمِ الْمُمَجَّدِ. وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ الَّذِيْنَ شَيَّدُوْا الدَّيْنَ بِعَزْمٍ قَوِيٍّ وَعَزِيْزِ بَعْدُ فَيَاأيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنفْسِى بِتَقْوَى اللَّهِ بِفِعْلِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَتَرْكِ الْمَنْهِيَّاتِ. قَدْ أشْبَعَ لَكُمْ أنْوَاعُ الْخُطَبِ الْجُمْعِيَّةِ وَكَأَنِّى أنْظُرُ فِى أسْمَائِكُمْ بِهَا مَلْآن. وَلَكِنْ مَا أرَى مِنْكُمْ اِلّأ عَلَى جُمُوْدٍ عَرِيْقِ. قَلَّمَا تُغَيِّرُ أعْمَالَكُمْ تِلْكَ الْخُطَبُ اِلَى تَرْقِيَةِ الْأعْمَالِ وصَلَاحِ الْجَنَانِ. وَمَا اُمَثِّلُكُمْ اِلَّا كَالْحَدِيْدِ الْبَارِدْ. يُضْرَبُ كُلَّ وَقْتٍ لِيَمْتَدَّ فَلَمْ يَمْتَدِدْ. فّتَبَصَّرُوْا وَاَفِيْقُوْا ثُمَّ أحْسِنُوْا, اِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. إنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, وَقَاضِى الْحَاجَاتِ. . اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِاُمَةِ مُحَمَّدٍ. وَارْحَمْ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ. وَأَصْلِحْ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ. واسْتُرْ لِاُمَةِ مُحَمَّدٍ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْهُمْ عَلَى أَعْدَائِهِمْ وَوَفِّقْهُمْ لِعَمَلٍ صَالِحٍ يَنفَعُهُمْ فِى دُنْيَاهُمْ وَأُخْرَاهُمْ. اَللّٰهُمََّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَعُلَمَائَنَا وَزُعَمَائَنَا وَاجْعَلْ هِمَّتَهُمْ فِى اِزَالَةِ الْمُنْكَرَاتِ وَالْمَعَاصِى وَاهْدِهِمْ سَبِيْلَ الرَّشَادِ. اللَّهُمَّ ارْفَعْ وَادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْن وّفِرُوسْ قَرَنَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ والْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ الدَّائِمَةَ فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيأ حَسَنَةً, وَفِى ألآخِرَةِ حَسَنَةً, وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اللَّهِ. إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُؤْتِكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ Katib PCNU PonorogoKetua Bidang Peribadatan Masjid NU Ponorogo
Khutbah I اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِالْإِصْلَاحِ، وَحَثَّنَا عَلَى الصَّلَاحِ، وَبَيَّنَ لَنَا سُبُلَ الْفَلَاحِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللهِ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلّ، قَالَ تَعَالَى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah, Pada tahun 717 M/99 H seorang penguasa Muslim yang kekuasaannya terbentang dari Kufah hingga Semenanjung Iberia dan Afrika Utara bernama Umar bin Abdul Azîz 682-720 M/63-101 H mengirim surat kepada penguasa wilayah bawahannya yang berisi perintah kepada orang-orang yang menjadi khatib dalam khutbah Jumat supaya membaca Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 90. Tujuan membaca ayat ini yaitu untuk mengganti perkataan khatib yang berisi cacian dan makian kepada menantu Nabi Muhammadﷺ yang bernama Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Pasca terjadi perang saudara sesama umat Islam pada tahun 657 M/37 H di tebing Sugai Furat Syiria yang melibatkan dua tokoh besar Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abi Sufyan atau dikenal dengan Perang Shiffin, umat Islam terpecah belah menjadi berbagai kelompok. Ada kelompok yang fanatik terhadap Ali, ada yang teguh pendirian mengikuti Mu’awiyah, dan ada yang tidak terlibat sama sekali ke dalam pertikaian politik berdarah itu. Seiring berjalannya waktu, setelah dua tokoh besar Islam yang berselisih di dalam politik itu wafat, sisa-sisa konflik di dalam tubuh umat Islam tidak semakin surut, tapi justru naik membanjiri kehidupan setelahnya, yakni para simpatisan keduanya saling mencaci maki. Orang-orang yang fanatik terhadap Mu’awiyah kerap menyampaikan umpatan dan cacian kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib di berbagai ruang publik, terutama di dalam khutbah Jumat. Karena itu ketika Umar bin Abdul Aziz yang telah lama mendapatkan petunjuk atas makna QS An-Nahl 90 berkuasa menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik 674-717 M yang sama-sama dari Dinasti Umayyah meminta kepada para khathib supaya menghentikan ujaran kebencian dalam khutbah Jumat. Perkataan-perkataan yang dapat melanggengkan api pertikaian itu meminta diganti dengan membaca QS An-Nahl 90. Sejak itu sampai sekarang semua orang yang khutbah selalu membaca ayat tersebut. Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah, QS An-Nahl 90 dimaksud yaitu ayat إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ “Sesungguhnya Allah memerintahkan berlaku adil, berbuat baik, berbagi kepada kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, mungkar dan bermusuhan. Dia memberi kepada kalian agar kalian dapat mengambil pelajaran.” Apa kandungan makna dari QS An-Nahl 90 itu? Mufassir besar Fakhruddin ar-Razi w. 606 H dalam karyanya, Mafâtîh al-Ghaib atau yang lebih dikenal dengan At-Tafsîr al-Kabîr menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut Allah memberikan perintah kepada umat Islam sebanyak 3 hal dan larangan dalam jumlah yang sama. Isi perintahnya adalah 1 berbuat adil al-adl, 2 berbuat baik al-ihsân, dan 3 menjalin persaudaraan atau menebar kasih sayang îtâ`i dzî al-qurbâ. Pertama, berbuat adil al-adl maksudnya kita diperintahkan untuk menjadi orang yang moderat dalam segala hal, baik dalam berkeyakinan maupun bertindak. Kita tidak boleh terlalu sempit atau al-ifrâth, juga dilarang berlebihan atau at-tafrîth, yakni yang sedang-sedang saja. Kedua, berbuat baik al-ihsân, artinya kita diperintahkan untuk berperilaku baik, yakni melakukan sesuatu di atas yang diwajibkan. Jika al-adl atau adil bermakna ukuran wajib yang harus dipenuhi dalam kebaikan, maka al-ihsân atau berbuat baik artinya menunaikan kebaikan di atas kewajiban. Jika kita praktikkan dalam ibadah maka al-adl atau adil adalah menjalankan kewajiban seperti shalat, zakat, puasa, sedangkan al-ihsân adalah menunaikan kesunahan-kesunnahan di dalam shalat seperti mengerjakan shalat sunnah qabliyah dan ba’diyah, memberikan infak atau bersedekah dan berpuasa sunnah. Apabila kita praktikkan di dalam pekerjaan, jika kita seorang karyawan atau pegawai negeri maka adil adalah kita mengerjakan yang menjadi kewajiban kita, sedangkan berbuat baik atau al-ihsân kita mengerjakannya dengan sungguh-sungguh di atas yang menjadi kewajiban atau mengerjakan kewajiban secara memuaskan. Ketiga, menjalin persaudaraan atau menebar kasih sayang îtâ`i dzî al-qurbâ maksudnya kita diperintahkan untuk mengasihi semua makhluk Allah asy-syafaqah alâ khalqillah. Menurut ar-Râzî, perwujudan dari perintah ini banyak sekali, namun yang paling mulia dan agung adalah merajut persaudaraan atau shilaturrahim. Adapun 3 larangan yang terdapat dalam QS An-Nahl 90 ini yaitu 1 perbuatan keji al-fahsyâ`, 2 berlebihan dalam mengikuti nafsu amarah al-munkar, dan 3 keangkaraan atau kebengisan al-baghy. Pertama, perbuatan keji al-fahsyâ` yaitu kita dilarang mengikuti dorongan nafsu hewani asy-syahwâniyyah al-bahîmiyyah secara berlebihan yang ada di dalam tubuh kita. Dalam diri manusia terkandung nafsu kebinatangan; manusia ingin makan, minum, menikah, mendapatkan kekayaan yang melimpah dan seterusnya, tapi ini semua jika kita menghasilkannya melampaui batas-batas yang telah ditentukan agama maka disebut “melakukan perbuatan keji” atau al-fahsyâ`. Orang ingin kaya maka harus bekerja, bukan dengan mengambil hak orang lain, orang ingin menyalurkan hasrat seksualnya maka harus menikah bukan dengan berzina, orang ingin menghilangkan rasa lapar dan dahaga maka harus dilakukannya dengan makan dan minum barang yang halal. Kedua, berlebihan dalam mengikuti nafsu amarah al-munkar artinya kita dilarang mengikuti kekuatan amarah yang ada pada diri kita. Di dalam diri manusia terdapat amarah yang juga dimiliki binatang buas al-quwwah al-ghadlabiyyah as-sabu’iyyah, amarah ini selalu mengajak manusia melakukan keburukan dan menyakiti orang lain. Jika kita lengah atau mengikuti kehendak dorongan sifat binatang buas ini maka akan lahir dari diri kita perbuatan-perbuatan yang bagi orang lain sudah pasti dilihat sebagai kemungkaran. Ketiga, keangkaraan atau kebengisan al-baghy maksudnya kita tidak boleh mengikuti nafsu syaithaniyah al-quwwah al-wahmiyyah asy-syaithâniyyah yang ada di dalam diri kita. Nafsu ini mendorong pemiliknya menguasai orang lain, menjatuhkan dan mengalahkan, serta memperlihatkan kesombongan. Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah, Tiga perintah Allah yaitu perintah berbuat adil, berbuat baik dan berbagi kepada sesama, serta tiga larangan Allah yang berupa larangan berbuat keji, melakukan kemungkaran dan berperilaku bengis di atas menjadi inti di dalam syariat Islam, yakni syariat Islam diturunkan untuk menegakkan keadilan, kebaikan dan menjalin persaudaraan antarsesama umat manusia dan dalam waktu yang bersamaan syariat Islam hadir untuk melarang manusia melakukan perbuatan keji, mungkar dan bengis. Sahabat Nabi Muhammadﷺ yang bernama Ibnu Masûd RA mengatakan bahwa QS An-Nahl 90 adalah ayat yang mengandung arti kumpulan kebaikan dan keburukan. إِنَّ أَجْمَعَ آيَةٍ فِي الْقُرْآنِ لِخَيْرٍ وَشَرٍّ هَذِهِ الْآيَةُ “Sesungguhnya satu ayat di dalam al-Quran yang kandungan artinya mencakup perintah melakukan kebaikan dan larangan melakukan keburukan adalah ayat ini.” Mufassir dari kalangan tâbi’în yang bernama Qatâdah menyampaikan, perbuatan baik yang dilakukan pada masa Jahiliyah yang kemudian setelah Islam datang diperintahkan oleh Allah untuk dilakukan dan perbuatan buruk pada masa pra Islam yang kemudian dilarang oleh Allah untuk ditinggalkan setelah Islam datang terkumpul di dalam ayat ini, yakni QS An-Nahl 90. Artinya, kandungan arti QS An-Nahl 90 ini universal. Perbuatan baik yang dijelaskan di dalam ayat ini diakui oleh semua manusia disepanjang zaman, demikian juga dengan perbuatan buruk yang dilarang Allah juga diakui sebagai keburukan oleh siapapun. Karena itu tak heran jika Umar bin Abdul Aziz meminta kepada para khatib Jumat untuk membaca QS An-Nahl 90 ini dengan tujuan supaya semua orang Islam memahami dan mempraktikannya dalam kehidupan nyata sebagaimana pesan dalam kata-kata terakhir dari ayat ini, la-allakum tadzakkarûn, agar kalian dapat mengambil pelajaran. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أمَّا بعدُ فَياَ أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى. وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ Khoirul Anwar, Wakil Sekretaris PWNU Jawa Tengah, Pengajar di Ponpes At-Taharruriyah Semarang
Naskah khutbah Jumat kali ini menjelaskan tentang Maulid Nabi bukan hanya sebagai tradisi yang positif tapi juga aktivitas yang mengandung nilai ibadah. Para ulama sepakat akan keutamaan dan anjuran melaksanakannya. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat Maulid Nabi, Amalan Bagus yang Dianjurkan". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi. الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا النساء ١١٥ Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan. Kaum Muslimin jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah, Ayat yang kami baca di atas menunjukkan bahwa orang yang menginginkan keselamatan haruslah mengikuti dan menetapi sabilul mukminin, yakni perkara yang disepakati oleh para ulama kaum muslimin. Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa orang yang berpaling dari jalan kaum muslimin balasannya adalah neraka yang merupakan seburuk-buruk tempat kembali. Dalam sebuah hadits mauquf dari sahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata مَا رَءَاهُ الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ، وَمَا رَءَاهُ الْمُسْلِمُوْنَ قَبِيْحًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ قَبِيْحٌ قال الحافظ ابن حجر هذا موقوفٌ حسَنٌ “Sesuatu yang dinilai dan disepakati sebagai perkara yang baik oleh kaum muslimin, maka ia menurut Allah baik, dan sesuatu yang dinilai dan disepakati sebagai perkara buruk oleh kaum muslimin, maka ia menurut Allah buruk” al Hafizh Ibnu Hajar berkata “Hadits ini adalah hadits mauquf yang hasan”. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Di antara perkara yang dinilai baik oleh kaum muslimin dari masa ke masa dan disepakati sebagai sesuatu yang disyariatkan adalah merayakan Maulid Baginda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallm. Merayakan Maulid termasuk kebaikan yang diganjar pahala yang agung. Sebab dengan peringatan maulid, seseorang menampakkan suka cita dan kebahagiaan atas kelahiran Nabi yang mulia. Peringatan maulid, meskipun tidak pernah dilakukan di masa Nabi shallallahu alaihi wasallm, namun ia termasuk bid’ah hasanah yang disepakati kebolehannya oleh para ulama. Peringatan maulid pertama kali dilakukan di awal abad ke tujuh hijriah oleh raja al-Muzhaffar, seorang raja yang mujahid, berilmu dan bertakwa. Beliau adalah penguasa Irbil, salah satu wilayah di Irak. Dalam peringatan maulid yang ia laksanakan, ia mengundang banyak para ulama di masanya. Mereka semua menganggap baik apa yang dilakukan oleh raja al-Muzhaffar. Mereka memujinya dan tidak mengingkarinya. Para pecinta Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang berbahagia, Para ulama sepeninggal raja al-Muzhaffar juga tidak ada seorang pun di antara mereka yang mengingkari peringatan maulid. Bahkan al-Hafizh Ibnu Dihyah dan lainnya menulis karangan khusus tentang maulid. Peringatan maulid juga dinilai bagus oleh al-Hafizh al-Iraqi, al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Hafizh as-Suyuthi dan lainnya. Hingga kemudian pada sekitar 200 tahun yang lalu, muncul sekelompok orang yang mengingkari peringatan maulid dengan keras. Mereka mengingkari perkara yang dinilai baik oleh ummat Islam dari masa ke masa selama berabad-abad lamanya. Mereka menganggap bahwa peringatan maulid adalah bid’ah yang sesat. Mereka berdalih dengan sebuah hadits yang mereka tempatkan tidak pada tempatnya, yaitu hadits كُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ Setiap perkara baru yang tidak pernah dilakukan pada masa Nabi adalah bid’ah. Hadits ini memang sahih. Akan tetapi maknanya tidaklah seperti yang mereka katakan. Para ulama menjelaskan, makna hadits tersebut bahwa perkara yang dilakukan sepeninggal Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah bid’ah yang buruk dan tercela kecuali perkara yang sesuai dengan syariat. Jadi kata “Kullu” dalam hadits tersebut maknanya bukanlah “semua tanpa terkecuali”, tapi “al aghlab” sebagian besar. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah yang menceritakan tentang angin yang menjadi adzab bagi kaum Ad تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍۢ بِاَمْرِ رَبِّهَا سورة الأحقاف ٢٥ Maknanya “Angin itu menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya“ QS al-Ahqaf 25 Kenyataannya, angin tersebut tidak menghancurkan segala sesuatu. Tidak menghancurkan bumi dan langit. Angin tersebut hanya menghancurkan kaum Ad dan harta benda mereka. Allah menggunakan redaksi “semua”, tapi yang dimaksud adalah “sebagian”. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda مَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَىْءٌ رواه مسلم وغيره Maknanya “Barangsiapa merintis perkara baru yang baik dalam Islam, maka ia mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa berkurang pahala mereka sedikit pun.” HR Muslim dan lainnya Oleh karenanya, Imam asy-Syafi’i radhiyallahu anhu berkata اَلْبِدْعَةُ بِدْعَتَانِ مَحْمُوْدَةٌ وَمَذْمُوْمَةٌ، فَمَا وَافَقَ السُّنَّةَ فَهُوَ مَحْمُوْدٌ وَمَا خَالَفَهَا فَهُوَ مَذْمُوْمٌ" رواه عنه الإمام البيهقي وغيره “Bid’ah itu ada dua macam Bid’ah Mahmudah terpuji dan Bid’ah Madzmumah tercela, jadi bid’ah yang sesuai dengan sunnah adalah terpuji dan bid’ah yang menyalahi sunnah adalah tercela.” Perkataan Imam asy-Syafi’i ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dan lainnya. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Apa yang biasanya dilakukan pada saat perayaan maulid? Yang dilakukan tiada lain adalah hal-hal yang disyariatkan dan dianjurkan untuk dikerjakan, yaitu membaca Al-Qur’an, berdzikir, membaca shalawat, melantunkan puji-pujian kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, menjelaskan sejarah hidup Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam dan kebaikan-kebaikan lainnya. Semua itu adalah kebaikan-kebaikan yang dianjurkan dalam Al-Qur’an dan hadits. Apakah hal-hal itu jika dikerjakan sendiri-sendiri adalah kebaikan, akan tetapi jika dikerjakan dalam satu rangkaian kegiatan yang diberi nama “Perayaan Maulid”, hukumnya menjadi haram dan bid’ah yang menjerumuskan ke neraka? Aneh! Ajaran macam apa ini? Agama barukah? Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, al Hafizh as-Suyuthi ketika ditanya tentang peringatan maulid Nabi, beliau menjawab أَصْلُ عَمَلِ الْمَوِلِدِ الَّذِيْ هُوَ اجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ القُرْءَانِ وَرِوَايَةُ الأَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فِيْ مَبْدَإِ أَمْرِ النَّبِيِّ وَمَا وَقَعَ فِيْ مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ، ثُمَّ يُمَدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأْكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذلِكَ هُوَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِيْ يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ وَإِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ ﷺ “Pada dasarnya peringatan maulid, berupa berkumpulnya orang, membaca Al-Qur`an, meriwayatkan hadits-hadits tentang permulaan sejarah Nabi dan tanda-tanda yang mengiringi kelahirannya, kemudian disajikan hidangan lalu dimakan dan bubar setelahnya tanpa ada tambahan-tambahan lain, adalah termasuk bid’ah hasanah perkara yang baik, meskipun tidak pernah dilakukan pada masa Nabi yang pelakunya akan memperoleh pahala, karena itu merupakan perbuatan mengagungkan Nabi dan menampakkan rasa gembira dan suka cita dengan kelahiran Nabi yang mulia” Disebutkan dalam karya beliau, Husnul Maqshid fi Amalil Maulid. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ Ustadz Nur Rohmad, anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur Baca naskah khutbah lainnya Khutbah Jumat 4 Golongan yang Diharamkan Masuk Neraka Khutbah Jumat Bencana, Ujian ataukah Azab? Khutbah Jumat Takutlah Kaya, Jangan Takut Miskin
Galeri Kitab Kuning Siapa yang tidak kenal sosok "Syekh Nawawi Banten"? Ulama nusantara namun dihormati hingga dunia internasional ini meninggalkan banyak sekali karya yang hingga kini menjadi Ibad "Nasehat-nasehat Untuk Para Hamba", merupakan salah satu saja dai sekian Karya-Karya Syekh Nawawi yang beliau tidak hanya memiliki karya di bidang akhlak dan tashawuf saja melainkan juga di bidang fikih hingga tafsir. Salah satunya yang cukup dikenal adalah Kitab Tafsir Marahul LabidTentang Kitab Nashoihul Ibad Karya Syekh NawawiKitab ini berisi 70 halaman, sistematika penulisannya secara tematik, dan terdapat 10 bab yang masingmasing mempunyai sub bab tertentu yang secara keseluruhan dan menyeluruh, kitab ini memuat 208 maqolah dan 1072 butir sistematika yang dimaksud, yakni penulisannya dari satu bab ke bab yang lain berdasarkan jumlah nasehat dan pokok masalah yang terkandung di dalamnya. Mulai dari dua pokok masalah, tiga pokok masalah, dan seterusnya sampai sepuluh pokok masalah. Jumlah pembahasannya ada 214 yang didasarkan pada 45 Hadits dan sisanya merupakan atsar perkataan sahabat dan tabi‟in.Adapun rincian bab yang terdapat dalam kitab ini yaituBab I, khutbatul kitab yang berisi kata pengantar dan sambutan dari penulis, serta harapan penulis supaya kitabmya bermanfaat kepada kaum II, bab ini memuat tiga puluh nasihat yang terdiri atas empat khabar/hadit dan sisanya hadis atsar. Yang dimaksud dengan khabar ialah ucapan Nabi, dan yang dimaksud dengan atsar ialah ucapan sahabat dan tabi’ III, berisi lima puluh lima makalah berdasarkan hadis Nabi dan perkataan sahabat masing-masing mengandung tiga butir IV, Tiga puluh makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat masing-masing mengandung empat butir V, Dua puluh tujuh makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat masing-masing mengandung lima butir VI, Tujuh belas makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat, masing-masing mengandung enam butir VII, Sepuluh macam makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat masing-masing mengandung tujuh butir VIII, Lima makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat, masing-masing mengandung delapan butir IX, Lima makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat, masing-masing mengandung Sembilan butir X, Dua puluh Sembilan makalah berdasarkan Hadist Nabi dan perkataan sahabat, masing-masing mengandung sepuluh butir sekian pembahasan di atas, dapat dikatakan kitab ini memiliki cakupan yang cukup luas, terlebih disertakan pula landasan-landasan dari hastis Rasulullah anda tertarik untuk mempelajari kitab ini, silahkan pilih versinya. 1. Kitab Nasha'ihul Ibad - Teks Arab 2. Kitab Nasha'ihul Ibad - Makna Jawa 3. Kitab Nasha'ihul Ibad - TerjemahanDemikian, ulasan kami tentang Kitab Nashaihul Ibad Karya Syekh Nawawi, yang bisa kami bagikan untuk anda, semoga bermanfaat. Amin.
khutbah jumat dari kitab nashoihul ibad